Pada dasarnya yang dimaksud model pembelajaran adalah penerapan prosedur pembelajaran dan pengorganisasian pengalaman belajar yang sistematis guna mencapai suatu tujuan pembelajaran. Adakalanya model pembelajaran itu sederhana dan adakalanya cukup rumit karena harus menggunakan alat bantu dan lain sebagainya.
Tentang pengertian model pembelajaran marilah kita menyimak pendapat dari beberapa ahli pendidikan:
Toeti Soekamto dan Winataputra (1995): mendefinisikan ‘model pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Richard I Arends : model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Agus Suprijono : pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Mills : “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”
Dari beberapa pengertian model pembelajaran menurut para ahli pendidikan seperti terebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Agar lebih jelasnya kita mengambil satu contoh model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah:
1. Guru memberikan konsep dasar model pembelajaran berbasis masalah. Guru memberikan petunjuk, referensi, atau skill yang diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk ruang lingkup pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
2. Guru mendefinisikan masalah yang akan di bahas menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat
3. Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
4. Siswa mengadakan investigasi. Tahap ivestigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
5. Selanjutnya para siswa mendiskusikan dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
6. Guru mengadakan penilaian. Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude).
No comments:
Post a Comment