Berikut ini akan menggambarkan tentang hal pentingnya pendidikan yang telah terbukti menjadi syarat untuk harmonisasi dari setiap masyarakat. Ada yang mengatakan bahwa 'berfikir adalah pendidikan'. Berfikir adalah membuka pintu ke pikiran kita dan membuat kita menerima gagasan dalam memperluas cakrawala kita dalam belajar hal-hal baru, Tapi mengapa pentingnya untuk pentingnya hal-hal baru? Mengapa penting untuk memperluas cakrawala kita? apa pentingnya pendidikan sebenarnya?
Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada diri kita dalam diri kita semua. Kita menggagas pendidikan sebagai komoditas yang didambakan. Jika kita melihat orang besar sedang berbicara, akan terasa dalam cara mereka berbicara dan pendapat yang mereka temukan adalah reaksi alami untuk melimpahkan perasaan kagum dan hormat kepada mereka, oleh karena itu sangat mudah untuk menyimpulkan bahwa pendidikan mengarah kepada keberhasilan. Tapi itu tidak semua. Pentingnya pendidikan di masyarakat saat ini berjalan lebih dalam dari pada hanya sekedar keberhasilan dalam hal duniawi.
Pendidikan dapat melepaskan kita dari kungkungan pikiran kita dan memaksa kita untuk berfikir dan mempertanyakan suatu hal. Hal ini membuat kita sadar akan hak-hak kita di masyarakat . Dengan demikian akan membuat kekuatan kita untuk tidak diperbudak, baik dengan pikiran atau tindakan.
Pendidikan Dapat Membuka Pikiran
Pendidikan membuat kita berwawasan luas bahkan tidak ada waktu yang lebih baik selain untuk memahami konsep ini. Globalisasi telah mengubah dunia menjadi satu kata besar, 'tidak ada batasan untuk tidak memperoleh pengetahuan'. Globalisasi memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya yang berbeda atau peristiwa di ujung dunia sekalipun. Semua ini dimungkinkan karena adanya pendidikan.
Pendidikan telah memperluas pikiran kita sehingga tidak terbatas pada negara kita dan zona tertentu. Kita tidak terjebak dalam dunia kecil. Kita telah keluar dari cangkang dan mulai mengeksplorasi dan mempelajari hal-hal baru tentang dunia.
Pendidikan membentuk dasar dari setiap masyarakat. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, sosial, politik, dan perkembangan masyarakat pada umumnya. Pendidikan menanamkan pengetahuan dimana membuat penemuan dan menerapkan untuk kemajuan masyarakat. Pertumbuhan masyarakat tergantung pada kualitas pendidikan masyarakat itu sendiri. semakin berkualitas pendidikan mereka, maka semakin baik dan semakin harmonis kehidupan masyarakat itu.
Showing posts with label Pedagogik. Show all posts
Showing posts with label Pedagogik. Show all posts
Model Pembelajaran Koperatif (CL, Cooperative Learning)
Banyak sekali model-model pembelajaran yang sudah dikemukakan oleh para ahli pendidikan sesuai dengan inovasinya masing-masing. Namun tidak setiap model pembelajaran yang ada cocok diterapkan pada setiap pelajaran. Karena setiap pelajaran atau proses pembelajaran mempunyai ciri khas sendiri-sendiri.
Berikut ini model pembelajaran Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran dengan cara belajar kelompok secara kooperatif. Kegiatan dalam kelompok yaitu para siswa saling berdiskusi/shering berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab.
dalam kegiatannya model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
Model pembelajaran kooperatif learning efektif untuk digunakan untuk mengajarkan materi yang cukup kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi soasial dan hubungan antar manusia.
6 fase yang ada dalam pembelajaran kooperatif learning yaitu:
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Aktivitas: Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2. Menyajikan informasi
Aktivitas: Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Aktivitas: Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.
4. Membantu kerja kelompok dalam belajar
Aktivitas: Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5. Mengetes materi
Aktivitas: Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasi-hasil pekerjaan mereka.
6. Memberikan penghargaan
Aktivitas: Guru memberikan penghargaan kepada para siswa tentang hasil-hasil yang telah dicapai oleh para siswa. Hal ini penting untuk memotivasi belajar siswa yang selanjutnya.
Di samping unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman.
Berikut ini model pembelajaran Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran dengan cara belajar kelompok secara kooperatif. Kegiatan dalam kelompok yaitu para siswa saling berdiskusi/shering berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab.
dalam kegiatannya model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
Model pembelajaran kooperatif learning efektif untuk digunakan untuk mengajarkan materi yang cukup kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi soasial dan hubungan antar manusia.
6 fase yang ada dalam pembelajaran kooperatif learning yaitu:
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Aktivitas: Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2. Menyajikan informasi
Aktivitas: Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Aktivitas: Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.
4. Membantu kerja kelompok dalam belajar
Aktivitas: Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5. Mengetes materi
Aktivitas: Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasi-hasil pekerjaan mereka.
6. Memberikan penghargaan
Aktivitas: Guru memberikan penghargaan kepada para siswa tentang hasil-hasil yang telah dicapai oleh para siswa. Hal ini penting untuk memotivasi belajar siswa yang selanjutnya.
Di samping unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman.
Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah/Problem Based Learning
Dalam melaksanakan aktivitas model pembelajaran berbasis masalah. Ada beberapa langkah-langkah (sintaks) yang yang dapat dilakukan. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah yaitu:
1. Guru memberi orientasi kepada peserta didik.
Aktivitas: 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, 2. Guru menyiapkan sarana-sarana dan logistik yang diperlukan, 3. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang sudah dipilih atau ditentukan guru.
2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
Aktivitas: Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Aktivitas: Guru memotivasi/mendorong para peserta didik untuk mengumpulkan informasi dan data pendukung yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Siswa melaksanakan percobaan/eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Aktivitas: Guru membantu peserta didik untuk menyusun laporan yang dapat berbentuk tulisan, video, atau model. Bantuan itu misalnya ikut membantu membagi tugas, agar tidak memberatkan sebagian siswa.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Aktivitas: Guru membantu para siswa dalam melakukan refleksi terhadap pemecahan masalah yang telah dilakukan.
Proses penyelesaian masalah seperti tersebut di atas menghasilkan terbentuknya ketrampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis sehingga dapat membentuk pengetahuan baru.
1. Guru memberi orientasi kepada peserta didik.
Aktivitas: 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, 2. Guru menyiapkan sarana-sarana dan logistik yang diperlukan, 3. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang sudah dipilih atau ditentukan guru.
2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
Aktivitas: Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Aktivitas: Guru memotivasi/mendorong para peserta didik untuk mengumpulkan informasi dan data pendukung yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Siswa melaksanakan percobaan/eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Aktivitas: Guru membantu peserta didik untuk menyusun laporan yang dapat berbentuk tulisan, video, atau model. Bantuan itu misalnya ikut membantu membagi tugas, agar tidak memberatkan sebagian siswa.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Aktivitas: Guru membantu para siswa dalam melakukan refleksi terhadap pemecahan masalah yang telah dilakukan.
Proses penyelesaian masalah seperti tersebut di atas menghasilkan terbentuknya ketrampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis sehingga dapat membentuk pengetahuan baru.
Pengertian Model Pembelajaran
Pada dasarnya yang dimaksud model pembelajaran adalah penerapan prosedur pembelajaran dan pengorganisasian pengalaman belajar yang sistematis guna mencapai suatu tujuan pembelajaran. Adakalanya model pembelajaran itu sederhana dan adakalanya cukup rumit karena harus menggunakan alat bantu dan lain sebagainya.
Tentang pengertian model pembelajaran marilah kita menyimak pendapat dari beberapa ahli pendidikan:
Toeti Soekamto dan Winataputra (1995): mendefinisikan ‘model pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Richard I Arends : model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Agus Suprijono : pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Mills : “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”
Dari beberapa pengertian model pembelajaran menurut para ahli pendidikan seperti terebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Agar lebih jelasnya kita mengambil satu contoh model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah:
1. Guru memberikan konsep dasar model pembelajaran berbasis masalah. Guru memberikan petunjuk, referensi, atau skill yang diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk ruang lingkup pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
2. Guru mendefinisikan masalah yang akan di bahas menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat
3. Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
4. Siswa mengadakan investigasi. Tahap ivestigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
5. Selanjutnya para siswa mendiskusikan dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
6. Guru mengadakan penilaian. Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude).
Tentang pengertian model pembelajaran marilah kita menyimak pendapat dari beberapa ahli pendidikan:
Toeti Soekamto dan Winataputra (1995): mendefinisikan ‘model pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Richard I Arends : model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Agus Suprijono : pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Mills : “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”
Dari beberapa pengertian model pembelajaran menurut para ahli pendidikan seperti terebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Agar lebih jelasnya kita mengambil satu contoh model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah:
1. Guru memberikan konsep dasar model pembelajaran berbasis masalah. Guru memberikan petunjuk, referensi, atau skill yang diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk ruang lingkup pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
2. Guru mendefinisikan masalah yang akan di bahas menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat
3. Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
4. Siswa mengadakan investigasi. Tahap ivestigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
5. Selanjutnya para siswa mendiskusikan dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
6. Guru mengadakan penilaian. Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude).
Memahami Karakteristik Siswa Dari Aspek Fisik
Memahami karakteristik fisik siswa di sekolah angat penting bagi guru. Setiap siswa mempunyai karakteristik fisik yang berbeda-beda. Ada yang kuat dan cekatan ada pula yang lembek. Melihat dari macam-macam karakteristik fisik siswa maka dalam memperlakukannyapun tidak dapat disamakan. Inilah salah satu pentingnya memahami karakteristik fisik siswa.
Perkembangan fisik siswa ada hubungannya dengan perkembangan psikologi. Jadi perkembangan fisik juga dapat dijadikan acuan dalam memperlakukan dan mendidik siswa. Perkembangan fisik siswa dapat kita amati dari urutan perubahan fisik yang dialami oleh para siswa baik laki-laki maupun perempuan:
Pada anak perempuan:
Pada anaklaki-laki:
Memahami hambatan atau kelemahan yang dimiliki siswa:
Hambatan Aspek Fisik
a. Fisio (hambatan fungsi fisik) yang meliputi:
Perkembangan fisik siswa ada hubungannya dengan perkembangan psikologi. Jadi perkembangan fisik juga dapat dijadikan acuan dalam memperlakukan dan mendidik siswa. Perkembangan fisik siswa dapat kita amati dari urutan perubahan fisik yang dialami oleh para siswa baik laki-laki maupun perempuan:
Pada anak perempuan:
- Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan memanjang)
- Pertumbuhan payudara
- Mencapai pertumbuhan badan yang maksimum setiap tahunnya
- Menstruasi atau haid
Pada anaklaki-laki:
- Pertumbuhan tulang-tulang
- Awal perubahan suara
- Mencapai pertumbuhan badan yang maksimum setiap tahunnya
- Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot)
- Akhir perubahan suara
- .Rambut-rambut di wajah berambah tebal dan gelap
- Tumbuh bulu di dada
Memahami hambatan atau kelemahan yang dimiliki siswa:
Hambatan Aspek Fisik
a. Fisio (hambatan fungsi fisik) yang meliputi:
- Fungsi Penglihatan
- Fungsi Pendengaran
- Fungsi Gerak;
- Kerusakan organ penglihatan
- Kerusakan organ pendengaran
- Kerusakan organ gerak
Subscribe to:
Posts (Atom)